KATA
PENGANTAR
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji serta syukur kita kepada Tuhan yang Maha Esa, yang
dimana sampai saat ini rahmat dan anugrah-Nya masih selalu tercurah pada kita,
salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga dan para sahabat-sahabatnya.
Penulis
sebagai penyusun makalah Perkembangan moral dan keberagamaan pada lansia
ini bertujuan untuk memberikan pemaparan tentang perkembangan moral dan
keberagamaan yang terjadi pada lansia (lanjut usia), selain hal itu makalah ini
dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikologi perkembangan.
Semoga
makalah ini bisa bermanfaat, terutama bagi mahasiswa yang sedang mempelajari
mata kuliah psikologi perkembangan dan umumnya untuk seluruh pembaca.
Bandung, 25 Desember
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
menunjukan suatu proses tertentu yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan
tidak dapat diulang kembali, dalam perkembangan manusia terjadi perubahan yang
sedikit demi sedikit bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjukan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat
tetap dan maju.
Pada
dasarnya perkembangan pada manusia itu sangat berbeda walaupun orang tersebut
dilahirkan sebagai anak kembar, karena secara biologis dan genetis sangat
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Kemudian setiap perkembangan
itu mempunyai prilaku karakteristik masing-masing, kemudian dalam perjalanannya
perkembangan pada manusia itu dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari diri
sendiri maupun faktor dari luar dan lingkungan sosial.
Perkembangan
masa kanak-kanak menjadi seorang anak yang puber, kemudian menjadi seseorang
remaja dalam rentang usia beberapa tahun remaja tersebut menjadi dewasa,
setelah dewasa kemudian menjadilah seseorang yang tua atau seseorang yang
lansia yaitu berkisat usia 60 tahun ke atas hingga
meninggal.
Dari
awal masa perkembangan kanak-kanak hingga menjadi seorang lansia baik dari
segi, bentuk tubuh, sifat moral, dan juga keberagamaan setiap individu tentu
akan sangat berbeda sekali, dan tentu banyak sekali faktor yang menyebabkan
perbedaan tersebut.
Dalam makalah ini akan dibahas seperti apa perkembangan moral dan
perkembangan keberagamaan pada seorang lansia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari lansia itu?
2.
Bagaimana perkembangan moral pada orang lansia?
3.
Bagaimana perkembangan keagamaan pada orang lansia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertianlansia (lanjut usia)
Usia lanjut adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam
puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang
bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Proses menua
(lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa
pendapat mengenai pengertian masa tua:
Menurut Bernice Neugarten(1968)James C. Chalhoun(1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO)menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
a.
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
b.
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
c.
Lanjut usia tua (old) 75 - 90 tahun dan
d.
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Pada lanjut usia
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi (Constantinides, 1994).
Penggolongan
lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a.
Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
b.
Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c.
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses
kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan
waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.[1]
B.
Ciri - ciri masa lansia
Menurut Hurlock
terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
o
Usia lanjut merupakan periode kemunduran.
o
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.
o
Menua membutuhkan perubahan peran.
o
Penyesuaian yang buruk pada lansia.
C.
Faktor-faktor yang menyebabkan menjadi tua
Menurut USDHEW menyatakan terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, yaitu:
a.
Faktor genetika.
Gen dapat
menetukan kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu, serta kemampuan
seseorang dalam melawan hausnya berbagai alat tubuh dan pertanggung jawaban
dalam menjalani kehidupan lainnya. Begitu juga dalam perkembangan usia dewasa
akhir juga dipengaruhi faktor genetik.
b.
Faktor lingkungan fisik
Yang termasuk lingkungan fisik ialah:
1.
Keadaan alam
Dapat berupa temperatur, pukulan-pukulan keras, radiasi,
unsur-unsur toxic akan mempengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka waktu yang
lama dan juga akan memberikan pengaruh pada kepuasan atau kebutuhan psikologis
dan sosial.
2.
Gizi
Seseorang yang kekurangan gizi akan kekurangan pasokan
energi sehingga lebih cepat sakit dan mati, sedangkan yang gizinya berlebihan
juga akan menimbulkan penyakit seperti lemak yang berlebih dan menimbulkan
penyakit seperti jantung.
3.
Perawatan medis
Bila kesehatan terpelihara dengan baik maka akan dapat
mencegah penyakit dan mempngaruhi usia seseorang, artinya orang yang memelihara
kesehatan umumnya tercegah dari penyakit dibandingkan yang tidak memelihara
kesehatannya.
c.
Faktor latihan dan aktifitas fisik dalam hidup.
Orang yang umurnya
panjang umumnya mempunyai latihan fisik yang tertatur, gizi yang cukup, dan
aktifitas hidup yang seimbang dengan kebutuhan beristirahat.
d.
Terhindar dari stress
Kesehatan dan kestabilan emosi dapat memperlambat
penuaan. Ketegangan emosi akan mempengaruhi sistem sirkulasi darah dan hormon
sehingga jantung dan hati kurang bekerja secara normal sehingga efisiensi tubuh
akan terganggu.[2]
D.
Perkembangan moral pada lansia
Istilah Moral
berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebisaaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’,
maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebisaaan,adat.
Dengan kata lain,
kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata
‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan
hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu
tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai
dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan
bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada
nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari
kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan
tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.[3]
Perkembangan moral pada lansia itu pada umumnya dikatakan sebagai manusia
yang bermoral karena mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
burutk namun pada batasan-batasan tertentu selama lansia tersebut masih
memiliki akal fikiran yang masih normal.
E.
Perkembangan agama pada lansia
Seiring dengan
meningkatnya usia, orang pada masa dewasa lanjut tidak sulit mengikuti dogma-dogma
agama dan melakukan kunjungan ke tempat ibadah (untuk beribadah, seperti ke
mesjid), mengunjungi para ulama, dan orang-orang yang berbeda kepecayaan dengan
sikap yang lebih lunak.
Ketertarikannya
terhadap agama sering dipusatkan pada masalah kematian yang menjadi sesuatu
yang bersifat pribadi. Dan menurunnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan
di mesjid pada usia lanjut tidak ada minat adalah lebih sedikit daripada
faktor-faktor lain seperti kesehatan yang memburuk, tidak ada transportasi, malu
karena tidak mempunyai pakaian yang sesuai atau tidak mampu menyumbang uang,
dan perasaan tidak dibutuhkan oleh anggota organisasi masjid yang lebih muda.
Pada masa ini,
perempuan lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan masjid daripada laki-laki
karena kesempatan yang mereka berikan untuk hubungan sosial.
(Hurlock,1980:402,409).
Menurut Jalaluddin (1996), pada lansia kehidupan keagamaan justru telah
mencapai kemantapan. Lansia telah dapat menerima pendapat keagamaan, tampak
pengakuan terhadap realitas kehidupan akhirat, kebutuhan keagamaan mengarah
pada kebutuhan saling cinta antara sesama manusia dan sifat-sifat luhur.
Sejalan dengan pertambahan usia, ketakutan akan kematian berdampak pada
peningkatan pembentukan sikap keagamaan serta mendekatkan lansia pada kehidupan
dan penghayatan keagamaan.[4]
F.
Sikap keberagamaan pada lansia
Adapun sikap
keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses
seksual justru mengalami penurunan.
Berbagai latar
belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia
lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1.
Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan
2.
Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3.
Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh.[5]
Secara garis
besarnya ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1.
Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
2.
Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh
3.
Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar
sesama manusia, serta sifat-sifat luhur
4.
Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan
usia lanjutnya
5.
Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan
sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya akhirat.[6]
G.
Kematangan beragama pada lansia
Kematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama bisaanya ditunjukkan
dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama
yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
Pada dasarnya terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya hambatan:
1.
Faktor diri sendiri
Faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua:
kapasitas diri dan pengalaman. Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio)
dalam menerima ajaran- ajaran itu telihat perbedaanya antara seseorang yang
berkemampuan dan kurang berkemampuan. Bagi mereka yang mampu menerima dengan
rasionya, akan menghayati dan kemudian mengemalkan ajaran- ajaran agama
tersebut dengan baik, penuh keyakinan dan argumentatif, walaupun apa yang harus
ia lakukan itu berbeda dengan tradisi yang mungkin sudah mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat.
Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman
seseorang dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam
melakukan aktivitas keagamaan. Namun, bagi mereeka yang mempunyai pengalaman
sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan dan akan selalu
dihadapkan pada hambatan- hambatan untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara
mantap.
2.
faktor luar
Yang dimaksud dengan faktor luar, yaitu beberapa kondisi
dan situasi lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk
berkembang. Faktor- faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan
yang diterima.
Berkaitan dengan sikap
keberagamaan, William Starbuck sebagaimana dipaparkan kembali oleh William
James, mengemukakan dua buah faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan
seseorang, yaitu:
A.
Faktor intern, terdiri dari:
1.
Temperamen
Tingkah laku yang didasarkan pada temperamen tertentu
memegang peranan penting dalam sikap beragama seseorang.
2.
Gangguan jiwa
Orang yang menderita gangguan jiwa menunjukkan kelainan
dalam sikap dan tingkah lakunya.
3.
Konflik dan keraguan
Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap agama, seperti taat, fanatic, agnotis maupun ateis.
4.
Jauh dari tuhan
Orang yang hidupnya jauh dari tuhan akan merasa dirinya
lemah dan kehilangan pegangan hidup, terutama saat menghadapi musibah.
B.
Faktor ekstern yang mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak adalah:
a)
Musibah
Seringkali musibah yang sangat serius dapat
mengguncangkan seseorang, dan kegoncangan tersebut seringkali memunculkan
kesadaran keberagamaannya. Mereka merasa mendapatkan peringatan dari tuhan.
b)
Kejahatan
Mereka yang hidup dalam lembah hitam umumnya mengalami
guncangan batin dan rasa berdosa. Perasaan tersebut mereka tutupi dengan
perbuatan yang bersifat kompensatif, seperti melupakan sejenak dengan berfoya-
foya dan sebagainya. Tidak jarang pula melakukan pelampiasan dengan tindakan
brutal, pemarah dan sebagainya.
H.
Permasalahan keberagamaan pada lansia
Permasalahan
pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang,
aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka
kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia
lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi, karena dari fisik dan
tenaganya sudah berkurang sehingga tidak mampu lagi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang bisaa mereka lakukan sewaktu usia dewasa.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa lansia
merupakan masa dimana seorang yang sudah berumur lebih dari 60 tahun, ada
beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi tua yaitu salah satunya faktor
genetik dan faktor lingkungan fisik dimana ia berada.
Dari segi moral
tentu orang lansia akan bersikap baik karena mereka sudah bisa membedeakan mana
yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan sebab akibat pengalamannya dari masa
kanak-kanak hingga masa dewasa.
Begitu sama halnya dalam proses keberagamaan orang lansia akan menjadi
lebih baik karena disebabkan oleh beberapa hal salah satunya yaitu dimana orang
yang lansia mereka mulai mengakui akan takut adanya kematian yang akan
menjemputnya sesuai dengan semakin bertambahnya usia.
B.
Saran
Semoga dengan adanya
pembahasan makalah tentang perkembangan moral dan keberagamaan pada lansia ini
kita bisa memahami dan mengerti akan keberadaan orang-orang lansia yang dimana
mereka tentu sangat perlu membutuhkan peran dari kita selaku sorang anaknya
yang akan menjaganya. Dan mungkin bisa jadi pelajaran bagi kita di kelak nanti
ketika kita sudah memasuki masa lansia
DAFTAR PUSTAKA
·
Hurlock Elizabeth B., 1992. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
SepanjangRentan Kehidupan, Erlangga, Jakarta,
·
Jalaludin, 2008. Psikologi Agama, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
·
Desmita, 2006. Psikologi
Perkembangan. Bandung, Remaja Rosdakarya,
Komentar