Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Dunia Kuliah

TIPOLOGI SIKAP BERAGAMA

Komarudin Hidayat menyebutkan adanya lima tipologi sikap keberagamaan, yakni “eksklusivisme, inklusivisme, pluralisme, eklektivisme, dan universalisme”. Kelima tipologi ini tidak berarti masing-masing lepas dan terputus dari yang lain dan tidak pula permanen, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai sebuah kecenderungan menonjol, mengingat setiap agama maupun sikap keberagamaan senantiasa memiliki potensi untuk melahirkan kelima sikap di atas.[1]

Tahap Perkembangan Menurut Sigmun Freud

NAMA              :      HENDRA KOMARA NIM                  :      1210104014 JURUSAN        :      TASAWUF PSIKOTERAPI 1.         Tahap oral (Oris =mulut) Tahapan ini berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan, Pada tahap oral ini bayi yang masih menetek yang selurh hidupny abergantung kepada orang lain. Pada masa ini libido didistribusikan kedaerah oral sehingga perbuatan menghisap dan menelan menjadikan metode utama untuk mereduksi ketegangan dan mencapai kepuasan (kenikmatan). Karen amulut menjadi sumber kenikmatan erotis, maka anak akan menikmati kenikmatan pristiwa menetek pada ibunya dan juga memasukan segala jenis benda kedalam mulutnya, termasuk jempolnya sendiri.

Pengalaman Merasakann Tujuh Maqom dalam Tasawuf

A.       Tobat Tobat memang suatu perkataan yang mudah bahkan sangat mudah diucapkan cepat atau lambat, tobat juga bukan hal yang asing lagi kita kenal bahkan sudah menjadi familiar apalagi dikalangan alim ulama baik yang muda atau yang tua. Sebagaimaan kita ketahui Firman Allah SWT : Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur:31). Berdasarkan hal tersebut bukanlah kita tidak tahu akan kegunaan dan manfaat dari taubat itu sendiri namun itulah kita sebagai makhluk yang kadang ingat kadang lupa akan anugrah yang telah diberikan Tuhan pada kita. Saya sendiri sampai saat ini belum bisa dan merasakan taubat yang benar-benar dari hati dan nasuha. Apalagi jujur disuruh untuk merasakan kurun waktu tertentu saya akui belum bisa mencapai maqom taubat, karena menyadari banyak sekali noda-noda yang masih melekat dalam hati dan susah untuk dibersihkan karena saking kotornya, hingga noda tersebut makin lama makin banyak menempel.

Landasan Epistemologi dan Teologi Pluralisme Agama

Landasan Epistemologi dan Teologi Pluralisme Agama Oleh: Ruhullah Syams Pluralisme agama mempunyai landasan epistemologis dan teologis. Bagian epistemologis dari teori ini menitikberatkan pada pembuktian kebenaran untuk semua agama-agama, sedangkan bagian teologisnya lebih banyak mengarah pada pengakuan keselamatan dan kebahagiaan para pengikut dari semua agama-agama. Demikian pula pluralisme agama dengan mengambil ilham dari filsafat Kant pemisahan nomen dengan phenomen, hermenetik Gadamer, teori kesatuan substansi agama-agama, kejamakan hakikat, teori pengalaman keagamaan, kesetaraan argumen, gradasi dan keberadaan  batin hakikat, telah mengumumkan kesamaan agama-agama dalam meraih hakikat serta mendapatkan keselamatan. Dalam tulisan ini, pertama akan kami paparkan landasan epistemologi pluralisme agama dan melakukan telaah serta kritik terhadapnya dan kemudian memaparkan landasan teologinya serta telaah dan kritik terhadapnya.

Pengertian Pluralisme

Pengertian Pluralisme Agama secara etimologis berasal dari dua kata, yaitu pluralisme dan agama. Dalam bahasa Arab diterjemahkan “al-t’addudiyyah al-diniyyah” dan dalam bahasa Inggris “religious pluralism”. Istilah pluralism agama berasal dari bahasa Inggris, Pluralism berarti jama’ atau lebih dari satu. Dalam kamus Oxford, pluralisme ditafsirkan dalam bentuk seperti berikut ini