Langsung ke konten utama

Pengamal Tasawuf di masa Sahabat

1. Abu bakar Ash-Shiddiq

Abu bakar pada mulanya adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk Islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana.
Ketika menghadapi perang Tabuk, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, "Siapakah yang bersedia untuk memberikan harta bendanya di jalan Allah SWT?".

Abu bakar yang pertama menjawab pertanyaan itu, "Saya, ya Rasulullah.". Akhirnya, Abu bakar memberikan seluruh harta kekayaannya untuk jalan Allah SWT. Melihat hal demekian, Nabi SAW bertanya kepada Abu Bakar,"Apa lagi yang tersisa untukmu, wahai Abu Bakar?". Ia menjawab, "Cukuplah bagiku Allah dan Rasul-Nya."

Diriwayatkan bahwa enam hari dalam seminggu, Abu bakar selalu dalam keadaan lapar. Abu bakar memilih takwa sebagai pakaiannya.Ia menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati,santun,sabar,dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ibadah dan dzikir.

2. Umar bin Khatab

Ia termasuk orang yang sangat berkasih sayang terhadap sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia selalu melihat langsung keadaan rakyatnya. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslimin tanpa alasan yang kuat. Umar berpakaian sangat sederhana. Ia meneladani sikap Rasulullah dalam seluruh kehidupannya.

3.Ustman bin Affan

sebelum masuk Islam, Ustman bin Affan dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang. Kekayaaannya berlimpah ruah. Akan tetapi, setelah masuk Islam, dengan penuh kerelaannya,ia menyerahkan sebagian besar harta kekayaaannya untuk perjuangan Islam dan membela orang-orang miskin dan teraniaya. Ia selalu hidup sederhana.

4. Ali bin Abi Thalib

Orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, sepupu Nabi SAW.Ali dikenal sangat sederhana dan zahid dalam kehidupan sehari-hari. Diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya, "Mengapa Khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek-robek ?." Ali menjawab, "Aku senang memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia."

5. Salman Al-Farisi

Di kalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisi dikenal zuhud, bahkan termasuk ahl as-suffah (penganut tasawuf) dan pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni (ilmu yang dianugerahkan Allah SWT kepada orang-orang tertentu secara langsung, tanpa melalui proses belajar-mengajar). Ia adalah orang pertama yang melontarkan ide tentang khilafah (wakil guru sufi) dan Nur Muhammad. Ia melontarkan pemikiran itu kepada Sa'saah bin Suhan, yang kemudian menegaskan bahwa khilafah manusia pertama adalah Muhammad SAW.

Dikatakan ketika turun ayat:

Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.(QS. Al-Hijr:43)

Salaman berteriak sambil meletakkan tangan di kepalanya, seraya berlari keluar selama tiga hari. Kejadian ini ditafsirkan oleh ahli tasawuf sebagai keadaan sedang mabuk dan fana (tidak sadar karena khusyuk) sehingga tidak mendengar apapun dan hanya melihat Tuhan.

6. Abu Zar Al-Ghifary

Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu bakar dan Umar. Ia menganggap cobaan adalah perhatian Tuhan terhadapnya. Oleh karena itu, setiap kali merasa dicoba oleh Allah SWT, ia mengucapkan kalimat syukur dan tahmid.

7. Ammar bin Yasir

Ia mengamalkan ajaran tasawuf yang sama dengan ajaran tasawuf yang diamalkan oleh Ali bin Abi Thalib. Ia menghiasi dirinya dengan zuhud dan menjauhkan dirinya dari cinta terhadap perhiasan dunia.

8.Huzaidah bin Al-Yaman

Sufi yang setia kepada Ali bin Abi Thalib. Dalam mengajarkan tasawuf kepada murid-muridnya, ia selalu mengikuti bimbingan dari Ali.
Ali sering memerintahkan dirinya agar tidak menerima sembarang orang sebagai muridnya dalam pengajaran tasawuf, sebab bisa membahayakan murid-murid yang tidak mampu menerimanya. Menurut Ali, ilmu tasawuf merupakan ilmu yang sangat tinggi, dan orang yang akan diajarkan tasawuf, harus memiliki kemampuan akal dan perasaan yang tinggi.

9.Miqdad bi Aswad.

Ia adalah seorang sufi yang sangat teguh kepada ajaran zuhud.banyak muridnya yang menjadi ulama besar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ah lo mah babaturan BTB

Pagi shob.. setelah sekian lama kita berkelana di muka bumi yag kita cintai ini, pastinya menumkan dan merasakan berbagai hal. dalam istilah IPS kita sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, akan sangat perlu bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam setiap aspek kehidupan, seiring dengan berjalnnya waktu yang kita lewati kita akan sering berkenalan dengan orang dan disitulah terjalin istilah pertemanan / sahabat bahkan yang lebih jauh ialah menjadi pasangan hidup (suami/istri)

Makalah Perkembangan Lansia

KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur kita kepada Tuhan yang Maha Esa, yang dimana sampai saat ini rahmat dan anugrah-Nya masih selalu tercurah pada kita, salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Penulis sebagai penyusun makalah Perkembangan moral dan keberagamaan pada lansia ini bertujuan untuk memberikan pemaparan tentang perkembangan moral dan keberagamaan yang terjadi pada lansia (lanjut usia), selain hal itu makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikologi perkembangan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat, terutama bagi mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah psikologi perkembangan dan umumnya untuk seluruh pembaca. Bandung, 25 Desember 2011 Penyusun BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Perkembangan menunjukan suatu proses tertentu yaitu suatu proses yang menuju ked...

Sejarah perkembangan tasawuf di Sumatra Barat

PENDAHULUAN             Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah di Nusantara yang terpengaruh pemikiran tasawuf di Aceh. Ini bisa dibuktikan dengan berkembangnya pemikiran-pemikiran tasawuf dan ordo tarekat di wilayah ini. Salah satu ordo tarekat yang berkembang pesat di Sumatera Barat yang bermula dari Aceh, adalah Tarekat Syatariyah. Pembawa pertama tarekat ini adalah Syaikh Abdullah al-Syathari (wafat 1415 M., ada juga yang mengatakan tahun 1428).             Dari kenyataan tersebut jelas bahwa pemikiran tasawuf yang berkembang di Sumatera Barat dipengaruhi pemikir tasawuf Aceh, terutama dari Abdul Rauf Singkel. Itulah sebabnya, dalam masalah pemikiran tasawuf, orang-orang Islam di Sumatera Barat meng