A. Tobat
Tobat memang suatu perkataan yang mudah bahkan sangat mudah diucapkan cepat
atau lambat, tobat juga bukan hal yang asing lagi kita kenal bahkan sudah
menjadi familiar apalagi dikalangan alim ulama baik yang muda atau yang tua. Sebagaimaan
kita ketahui Firman Allah SWT:Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur:31).
Berdasarkan hal tersebut bukanlah kita tidak
tahu akan kegunaan dan manfaat dari taubat itu sendiri namun itulah kita
sebagai makhluk yang kadang ingat kadang lupa akan anugrah yang telah diberikan
Tuhan pada kita.
Saya sendiri sampai saat ini belum bisa dan
merasakan taubat yang benar-benar dari hati dan nasuha. Apalagi jujur disuruh
untuk merasakan kurun waktu tertentu saya akui belum bisa mencapai maqom
taubat, karena menyadari banyak sekali noda-noda yang masih melekat dalam hati
dan susah untuk dibersihkan karena saking kotornya, hingga noda tersebut makin
lama makin banyak menempel.
Sekalipun saya pernah melakukan Taubat suatu
ketika saya ditimpa suatu musibah dan itu diluar batas kemampuan akal dan
kesedihan saya, karena saking rumit dan bingungnya saya akhirnya Taubat tidak
akan mengulang kembali kesalahan yang telah saya lakukan karena secara tidak
sadar hati berkata dan mengakui saya telah berbuat salah, saat itulah saya
meminta ampun kepada Allah dan benar-benar taat kepada-Nya, dan menjalankan apa
yang di syariatkan oleh Agama Islam itu sendiri.
Namun seiring berjalannya waktu kesedihan pun
tak datang lagi malah bahagia lah yag datang menghampiri saya, saat itulah
mulai saya lupa akan janji dan taubat yang telah saya akui, maka sayapun
seringkali melakukan kesalahan yang sama dan anehnya sayapun tidak bisa
menghindar dan betapa sulitnya hati untuk menolak semua itu. Kadang dalam hati
mempunyai niat untuk bertaubat namun tidak bisa dan saya sering terkalahkan
oleh hawa nafsu saya sendiri dan setan yang ada pada diri saya.
B. Sabar
Seperti sama halnya dengan Taubat sabar juga
bukan hal yang aneh tentu kita sudah paham, kita sering mendengar ungkapan
“sing sabar wenya” itu suatu ungkapan yang kayaknya begitu gampang untuk
diungkapkan, namun pada kenyataannya susuah untuk dipraktekan.
Orang sabar itu biasanyayang saya kenal tahan
menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak
lekas patah hati, yang paling mengagumkan biasanya orang sabar itu menerima
apapun apa yang telah diberikan oleh penciptanya karena dia beranggapan hal
itulah terbaik untuknya.
Berdasarkan hal tersebut berbahagialah bagi
orang yang senantiasa sabar karena dia akan mendapat kebahagiaan yang tak
terhingga kelak.
Saya sendiripun dalam hal sabar mungkin tidak
bisa, dari dulu hingga sekarang pun masih belum bisa melakikan maqom tersebut. Baik
ada alasan ataupun tidak, sikap intropert yang saya meiliki menjadi ciri khas
dan bukti ketidak sabaran saya.
Seringkali emosi dengan keadaan yang saya
kurang senangi walaupun itu menurut orang lain itu hal yang salah. Dan saya pun
tidak bisa menahan amarah ketika orang-orang menggunjing saya, bahkan yang saya
sayangkan dan sesalkan sampai saat ini saya belum bisa sabar tentang segala
musibah yang selalu menimpa saya baik itu musibah kecil atau besar.
Tapi saya tidak bisa kadang berfikir Ya Allah
kenapa dengan hatiku ini tidak bisa sabar seperti apa yang telah Engkau
beritahukan padahal betapa besar nikmat yang telah Engkau berikan selama ini
dan sampai saat ini, bahkan tak terhingga jika dihitung.
C. Tawakal
Seperti kita ketahui tawakal adalah penyerahan
sesuatu kepada Allah atau menggantungkan urusan diri pada Allah setelah
berikhtiar. Orang yang bertawakal, harus mengembalikan masalah yang dihadapinya
kepada Allah setelah benar-benar berikhtiar. Ia berpasrah diri karena memang
tidak ada lagi yang dapat dilakukan, kecuali tergantung kepada Allah. Apapun
hasil dari apa yang diikhtiarkan, akan diterimanya dengan sikap tawakal.
Begitulah
kira-kira definisi pamiliarnya, karena tawakal bukanlah suatu pelajaran baru
bagi kita, saya pribadi pernah mengalami namun begitu lah kadang bisa kadang
tidak malah kebanyakannya tidak bisa, sutu ketika saya memiliki suatu keinginan
untuk bisa masuk perguruan tinggi di UNPAD tepatnya jurusan Informatika dan
Komunikasi karena saya sangat suka dengan berbau tekhnologi, sebelum masuk dan di terima di UIN Bandung.
Ketika itu saya
sudah mengirim beberapa berkas dan beberapa kali kirim persyaratan dan
mengikuti tes namun hasilnya masih nihil dan tidak lolos. Setelah berapa lama
saya berfikir dalam hati dan meminta pendapat keluarga akhirnya mencoba
menerima mungkin bukan disitu kehidupan saya, saya harus masuk ke Universitas
lain yang dimana mungkin disitulah tempat saya dan saya pun yakin Allah memberi
apa yang saya butuhkan bukan apa yang saya inginkan, dari situ saya semakin
yakin bahwa ada rencana Indah Allah dibalik semua ini, yang dimana Allah SWT
akan memberikan yang terbaik bagi saya dan kehidupan saya.
Namun tetap saja
sikap tawakal yang ada pada diri saya tidak selalu konsisten dan tergantung
kasus dan keadaannya seperti apa, kadang pada suatu keadaan saya tidak bisa
menerima dan lebih memaksakan apa yang saya inginkan.
D. Zuhud
Zuhud adalah suatu sikap dimana kita lebih
mementingkan akhirat daripada kepentingan dunia, namun dengan adanya sikap
zuhud ini kita harus miskin tidak punya apa-apa atau harta yang cukup buat kita
makan, tapi mempunyai harta yang dimana harta tersebut tidak jadi penghalang
untuk dekat dengan Allah dan harta tersebut tidak sampai masuk dan kepikiran di
dalam hati harta cuma ditangan saja.
Pengalaman saya pribadi mengenai sikap zuhud
tidaklah sesuai dengan faktanya sekarang lagi mempelajari zuhud, sikap zuhud
yang saya miliki masih lemah bahkan mungkin belum bisa karena sekrang ini dan
dari dulu pun saya belum bisa seperti itu, tetap saja ketika saya mempunyai
kekurangan materi yang sifatnya duniawi itu akan mempengaruhi kehidupan saya,
dan mempengaruhi fikiran bahkan hati saya.
E. Tawadhu
Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati,
tidak sombong seperti itu lah definisi yang sangat populernya dikalangan
masyarakat. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri
kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya.
Kemudian orang yang tawadhu’ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari
Allah SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit
sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak
merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap
rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala
sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena
Allah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas sikap
tawadzu adalah sikap yang tentunya sangat dianjurkan dan di cintai oleh Allah,
karena seperti yang kita ketahui allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
Sikap tawadhu saya sangat kecil bahkan
lebih kecil krena kadang saya sendiri merasa sombong dengan apa yang tidak
orang lain miliki, saya sombong dengan kemampuan keterampilan saya dalam bidang
komputer, saya sombong dengan harta saya, saya sombong dengan berbagai ikmat
yang telah Allah berikan pada saya.
Memang pernah tapi yang saya lakukan
bukan ketawadhuan hanyalah sikap yang ingin dipuji orang lain jadi alasannya
bukan karena Allah tapi karena alasan lain yaitu karena manusia.
Saya tidak pernah merasakan ketawadhhuan
yang sangat mendalam, dan belum bisa sampai tawadhu yang sesungguhnya, masih
banyak sekali kesombongan-kesombongan yang masih saya perbuat sampai detik ini,
hati ingin berbuat seperti itu, tapi pada pelaksanannya saya selalu terkalahkan
oleh sikap riya yang ada dalam diri saya.
F. Taqwa
Taqwa itu tentunya menjalankan segala perintah
Allah SWT dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah. Sebagimana kita
ketahui firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan BERTAQWALAH kepada Allah
supaya kamu beruntung. (QS. 3:200)
Sejauh ini saya mengakui dan menyadari sepenuh
hati saya belum bisa menjelankan sepenuhnya perintah Allah SWT, masih banyak
sekali kesalahan-kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan. Dan selama
ini saya belum bisa mencapai maqom taqwa ini.
G. Ridho
ôMèdät!#ty_yZÏãöNÍkÍh5uàM»¨Zy_5bôtãÌøgrB`ÏB$uhÏGøtrBã»pk÷XF{$#tûïÏ$Î#»yz!$pkÏù#Yt/r&(zÓÅ̧ª!$#öNåk÷]tã(#qàÊuurçm÷Ztã4y7Ï9ºsô`yJÏ9zÓÅ´yz¼çm/uÇÑÈ
Artinya: Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS
Al-Jiljalah ayat 8)
Ayat tersebut bukanlah ayat yang asing, kita
faham dan menegtahui maknanya, tapi itulah sangat sulit untuk dilaksanakan.
Untuk biasa ridho dan ikhlas sangat sulit sekali, Saya belum bias ridho sepenuh hatiterhadap apa
yang telah ditentukan oleh Allah kadang dan saya sering melanggar apa-apa yang
telah Allah tentukan.
Yang sering nampak saya lakukan yaitu saya
juga belum bias ridho terhadap perintah dan pepatah orang tua seringkali saya
melanggar dan tidak mendengarkannya dan seringkali saya menganggap itu hal yang
biasa. Apalagi saat ini bukan tambah baik malah tambah buruk dengan berbagai
masalah yang menimpa membuat saya semakin bingung yang akhirnya saya sendiri
menjadi kacau, fikiranpun menjadi tak tertentu banyak sekali hal-hal yang saya
fikirkan yang seharusnya tidak saya fikirkan.
H. Faqir
Faqir bermakna senantiasa merasa butuh kepada
Allah. Sikap faqir sangat erat hubungannya dengan sikap zuhud. Faqir berarti
mengosongkan hati dari ikatan dan keinginan terhadap apa saja selain Allah, kebutuhannya
yang hakiki hanya kepada Allah semata, tidak membutuhkan ketergantungan kepada
makhluk lain selain Allah SWT dalam setiap kehidupannya.
Orang yang faqir bukan berarti tidak memiliki
apa-apa, namun orang faqir adalah orang yang kaya akan dengan Allah semata,
orang yang hanya memperkaya rohaninya dengan Allah. Orang yang bersikap faqr
berarti telah membebaskan rohaninya dari ketergantungan kepada makhluk untuk
memenuhi hajat hidupnya.
Pengalaman saya sendiri mengenai
sikap faqir ini bisa dikatakan belum pernah, sekalipun ada cuman itu hanya
dibawah kesadaran saya. Karena selama ini saya masih selalu mengharapkan dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk kehidupan saya, padahal saya mempunyai
Maha segalanya yang menciptakan saya yaitu Allah SWT.
Pada kenyataannya saya selalu bergantung
kepada pendapat dan orang-orang yang saya kira baik menurut saya padahal tidak
tau kan dimata Allah.
Nama : Hendra Komara
NIM : 1210104014
Jurusan : Tasawuf Psikoterapi
Komentar