Sabtu, 19 Mei 2012

Code2 HTML Javascrivt 1

Sebenarnya Cara Membuat Bullet and Numbering dengan HTML tidaklah sulit tapi hanya butuh ketelitian.
kali ini saya hanya sedekar ingin berbagi pengetahuan tentang format bullet and numbering dengan HTML. Kalau temen-temen sering ngetik di Microsoft Word pasti sudah pernah menggunakan bullet and numbering. Itu loh… yang berfungsi untuk memberikan label urutan kepada suatu list. Misalnya urutan 1, 2, 3, 4, atau mungkin a, b, c, d, atau bisa juga berupa simbol.
Sebenernya di hampir semua blog sudah tersedia fasilitas penambahan bullet and numbering secara mudah dengan meng-klik iconnya saja, tapi bagi temen-temen yang lebih senang dengan tantangan atau mungkin ingin lebih berkreasi dengan bullet and numbering, bisa melalui HTML.

Contohnya:
1. ini bentuk numbering satu
2. numbering lagi
3. numbering lagi yach…
4. ini yang terakhir

Sejauh yang saya ketahui, untuk membuat bullet and numbering ini bisa langsung melalui HTML, atau bisa juga melalui CSS (Cascading Style Sheet). Namun kali ini saya hanya berbagi cara pembuatan melalui HTML saja, sedangkan via CSS lain kali aja yach… he he he…
Untuk tutorial ini bisa anda coba membuatnya di notepad, atau langsung di blog juga bisa.
Tentukan bentuk bullet/numbering yang anda inginkan. Jika ingin berupa number/nomor, seperti 1, 2, 3, 4, dst, maka kode yang Anda gunakan adalah:

Apa Itu Phobia?


Phobia adalah takut yang tak yang beralasan, tidak sesuai dengan keadaanya, tidak dapat dikendalikan sehingga sipenderita berusaha menghidari objek atau keadaan yang ditakuti itu. Ketakutan itu bisa normal atau abnormal, garis pemisah sering merupakan masalah misalnya takut terbang, takut pada laba-laba dan takur ketinggian.

Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu perangsang atau situasi khusus, seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap tempat tertentu. Sementara kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia sebagai ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa dikontrol terhadap suatu situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah ketajutan yang taj beralasan, yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun malu, ditekan. Kemudian berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu terpendamlah konflik atau frustasi yang dialaminya.

Jadi phobia adalah rasa takut yang berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang membuat hidup seseorang yang menderitanya terhambat.

Perbedaan Konseling dan Psikoterapi


1. Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih tujuan-tujuannya, membuat keputusan dan secara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya.
2. Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan dating.
3. Klien adalah klien dan bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun adalah seorang pendidik dan mitra dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan.
4. Konselor tidaklah netral secara moral atau tidak bermoral, melainkan memiliki nilai-nilai perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor tidak perlu memaksakan hal ini kepada klien namun ia juga tidak menutupinya.
5. Konselor memusatkan pada perubahan perilaku tidak hanya menumbuhkan pengertian. METODE Konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riil, lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya. Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa :
1. Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti : “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short term”
2. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh : “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and orther severe emotional problems and longterm.

HIKMAH MEMAHAMI LITERASI

Materi yang dapat dipahami dari kegiatan pengembangan atau pembelajaran literasi ini diantaranya saya menemukan berbagai hal yang ada dalam ...