Pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang terarah menuju tercapainya pendidikan nasional. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat pengajaran.” Kata tiap-tiap menunjukkan bahwa semua warga negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus/berkelainan berhak untuk memperoleh pendidikan. Salah satu upaya Pemerintah dalam memantapkan pembangunan di bidang pendidikan adalah disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) berbunyi:
“Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa, selanjutnya pasal 47 ayat (1) berbunyi: “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.” Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan.”
“Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa, selanjutnya pasal 47 ayat (1) berbunyi: “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.” Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan.”
Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang tersebut sudah diterbitkan pula Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 (www.google.com), tentang Pendidikan Luar Biasa pasal 3 ayat (1) “Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental, dan/atau kelainan perilaku.” Peraturan Pemerintah tahun 2002 tentang Pendidikan Luar Biasa yang merupakan penyempurnaan terhadap PP PLB, pada salah satu pasalnya berbunyi bahwa anak yang memerlukan perhatian khusus, sehingga perlu pelayanan pendidikan khusus, antara lain adalah hiperaktif.
Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) bisa digolongkan menjadi beberapa tipe, Dwijo ( 2007: 23 ) menggolongkan ADHD menjadi beberapa tipe : (1) anak memiliki konsentrasi buruk dan hiperaktif, maka gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi (2) anak memiliki kesulitan berkonsentrasi, maka disebut ADHD tipe sulit konsentrasi (3) anak menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsive tergolong sebagai penderita ADHD tipe hiperaktif-impulsif.
Penyebab pasti hiperaktifitas pada anak tidak dapat disebutkan dengan jelas, dikatakan pada beberapa referensi bahwa penyebab terjadinya hiperaktifitas bersifat multi faktorial dimulai dari faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadinya disfungsi metabolisme, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik, sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang berpengaruh di sekitarnya.
Sering kali perilaku hiperaktif ini menjadikan siswa sulit belajar. Bahkan tidak ada motivasi untuk belajar yang pada akhirnya berdampak sangat besar pada prestasi belajarnya. Siswa sering berbuat semaunya sendiri dan cenderung melakukan sesuatu hal yang dianggap menantang baginya. Oleh karena itu perlu penanganan khusus pada siswa hiperaktif untuk meningkatkan motivasi belajarnya supaya prestasi belajar yang diraih oleh siswa bisa optimal.
Zaviera (2007 : 15) menyebutkan cirri-ciri anak hiperaktif yaitu : 1. Tidak fokus, 2. Menentang, 3. Destruktif, 4. Tidak kenal lelah, 5. Tanpa tujuan, 6. Tidak sabar dan usil.
Zaviera (2007 : 27) juga menyebutkan Kriteria anak yang tergolong dalam ADHD tipe hiperaktif-impulsif : sering menggerakkan-gerakkan tangan dan kaki ketika duduk, sering meninggalkan tempat dudukya padahal seharusnya duduk manis dengan tenang, sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam keadaan yang tidak selayaknya, sering tidak mampu mengikuti kegiatan dengan tenang, sering bergerak, sering terlalu banyak bicara, sering terlalu cepat memberikan jawaban ketika ditanya padahal pertanyaan belum selesai, sering sulit menunggu giliran, dan sering memotong atau menyela pembicaraan.
Pengertian Hiperaktif
Depdikbud (1995:353) hiperaktif berarti sifat yang sangat aktif. Hiperaktif berasal dari kata hiper dan aktif.
Surya (2003: 146) menjelaskan hiperaktif adalah : Suatu perilaku siswa yang berlebihan melampaui batas kewajaran
Hasil semiloka (1998:15) anak yang memiliki pola perilaku yang berhubungan dengan kekurangan dalam mempertahankan perhatian, mengontrol dorongan, dan mengatur aktivitas gerak dalam merespon atau menanggapi tuntutan-tuntutan situasional
Kesimpulan :
tindakan atau perilaku seseorang yang sangat berlebihan dan melampaui batas kewajaran karena adanya kekurangan dalam keberhasilan mepertahankan perhatian, mengontrol dorongan dan mengatur aktivitas gerak dalam merespon atau menanggapi sekitarnya dengan harapan dapat menarik perhatian orang lain di sekitarnya
Ciri-Ciri Hiperaktif
Surya (2003: 150) menyebutkan ciri-ciri anak hiperaktif sbb :
a. Tidak mampu memberikan perhatian pada hal-hal kecil.
b. Sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi pada waktu mengerjakan tugas sekolah.
c. Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus menerus pada waktu menyelesaikan tugas.
d. Sering tampak tidak mendengarkan.
e. Sering tidak mengikuti perintah dan gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah atau tugas lailnya.
f. Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan perhatian terus menerus.
g. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan.
h. Sering lupa dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.
Baihaqi (2008:14) menyebutkan ciri-ciri hiperaktif yaitu : kurang perhatian, impulsivitas, prestasi yang kurang, kesulitan emosional yang mempengaruhi konsentrasi dan usaha belajar, kekurangan motivasi sehingga menyebabkan kurang perhatian di dalam kelas dan menimbulkan prestasi yang kurang.
Hasil semiloka (1998:15-16) menyebutkan gejala utama/ciri-ciri hiperaktifitas yaitu : a. Innatention yaitu anak mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian, b. Impulsivitas yaitu ada kecenderungan untuk mereson tanpa memikirkan terlebih dahulu, c. Hiperaktif yaitu kecenderungan untuk melakukan aktivitas secera berlebihan.
Berdasarkan uraian di atas, hiperaktif ditunjukan oleh gejala-gejala kurang dapat berkonsentrasi lebih lama yang ditunjukkan dengan tidak mampu memberikan perhatian pada hal-hal yang kecil, sering bergerak kesana kemari tanpa tujuan yang jelas, mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan sering bertindak destruktif. Selain itu juga siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar sehingga kurang adanya perhatian dalam kelas yang menimbulkan prestasi belajarnya kurang.
Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Faktor-faktor penyebab hiperaktif
Ideguru dalam (www.ideguru.blogspot.com :2010) menyebutkan faktor penyebab perilaku hiperaktif :
1. Gangguan neurologis karena disfungsi kecil otak. (Gejala hiperaktif juga sering menyertai gangguan autisme dan epilepsi).
2. Faktor keturunan
3. Temperamen atau sifat bawaan
4. Pengaruh lingkungan yang memberikan stimulus kurang tepat. Lingkungan yang memberikan stimulus berlebihan kepada anak bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif, misalnya lingkungan yang bising, suasana rumah yang sering diwarnai oleh pertengkaran antara kedua orangtua, atau keadaan rumah yang berantakan. Orangtua yang suka berpindah aktivitas tanpa menyelesaikan aktivitas satu per satu juga bisa memberikan model buruk kepada anak, sehingga anak kemudian menirunya. Untuk memastikan faktor penyebab hiperaktif, orangtua bisa meminta bantuan dokter yaitu melalui tes medis, dan psikolog.
Menurut Walgito (1989: 67) faktor-faktor yang menyebabkan siswa hiperaktif ada tiga yaitu : a. lingkungan keluarga, b. lingkungan sekolah, c. lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang sering menyebabkan masalah perilaku hiperaktif siswa, antara lain :
1) Keadaan Status Ekonomi Keluarga
Dalam lingkungan keluarga kaya semua kebutuhan anak dapat tercukupi sehingga anak tersebut memiliki perilaku manja. Perilaku manja inilah yang sering menjadikan siswa berperilaku hiperaktif.
2) Perhatian Orang Tua
Kurangnya perhatian orang tua cenderung menimbulkan berbagai masalah termasuk perilaku hiperaktif. Makin besar anak sebenarnya perhatian makin diperlukan, hanya variasinya makin banyak, caranya yang berbeda. Perilaku hiperakif anak salah satu penyebabnya adalah kurang perhatian orang tua.
3) Harapan Orang Tua
Harapan orang tua sering menimbulkan masalah pada anak, orang tua yang mempunyai harapan yang terlalu tinggi terhadap anak, bila tidak sesuai dengan kemampuannya justru menimbulkan masalah yang cukup serius bagi anak. Hal ini terjadi tuntunan yang lebih dari orang tua, sementara itu anak tidak mampu memenuhinya, akhirnya anak melampiaskannya pada diri anak dan membawa akibat anak melampiaskannya dengan perilaku hiperaktif.
4) Hubungan Keluarga yang Tidak Harmonis
Hubungan keluarga yang tidak harmonis disebabkan oleh perceraian orang tua, hubungan antar anggota keluarga yang saling tiak peduli, dan sebagainya. Keadaan ini dapat berakibat anak untuk mencari sensasi dengan perilaku hiperaktif.
b. Lingkungan Sekolah
1) Kondisi Kurikulum
Keadaan kurikulum yang sering berubah akan menyebabkan timbulnya maslah serius bagi siswa. Perubahan kurikulum berakibat kesiapan siswa sebagai subjek belajar berkurang. Sedangkan isi kurikulum belum sesuai dengan perkembangan siswa.
2) Hubungan Guru dengan siswa
Jauhnya perbedaan guru dengan siswa dari sisi usia sering menjadi masalah tersendiri bagi siswa. Hubungan yang kurang akrab sering menimbulkan siswa berperilaku hiperaktif. Demikian pula hubungan yang terlalu akrab antara guru dan siswa mengakibatkan siswa beranggapan bahwa gurunya adalah temannya sendiri sehingga berperilaku hiperaktif.
3) Hubungan Antar Siswa
Keadaan hubungan latar belakang yang berbeda sering menjadi penyebab hubungan antar siswa yang kurang harmoni. Siswa cenderung membuat kelompok bermain yang satu dengan yang lain saling berkompetisi dan berusaha untuk saling mencari perhatian agar kelompoknya diperhatikan oleh orang lain. Sehingga mereka tampakkan dalam perilaku hiperaktif.
4) Iklim Sekolah
Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah tersendiri bagi siswa. Adanya persaingan yang tidak sehat antar siswa dapat menyebabkan siswa berperilaku hiperaktif agar dirinya mendapatkan perhatian dari teaman-temannya.
c. Lingkungan masyarakat
Selain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dapat, menyebabkan perilaku hiperaktif siswa. Siswa yang bergaul di lingkungan yang pemudanya kurang baik seperti menggoda cewek yang lewat di jalan, mabuk-mabukan dapat berimbas pada diri siswa ketika disekolah.
Pada dasarnya hiperatif (ADHD) tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan X-rayatau laboratorium. ADHD hanya dapat dilihat dari perilaku yang muncul pada anak ADHD. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan faktor yang menyebabkan perilaku hiperaktif siswa adalah factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh kondisi siswa dari dalam pribadi masing-masing individu sedangkan faktor eksternal berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Problem-problem yang dialami anak hiperaktif
1. Problem di sekolah
a. Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.
b. Konsentrasi yang mudah terganggu -> tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan.
c. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah.
d. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran.
e. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
2. Problem di rumah
a. Lebih mudah cemas dan kecil hati,
b. Mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. (rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.)
c. Cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
3. Problem berbicara
a. Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi.
b. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik.
Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
4. Problem fisik
a. Tingkat kesehatan fisik tidak sebaik anak lain.
b. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan, sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari, aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya
Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak hiperaktif :
1. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
2. Kenali kelebihan dan bakat anak
3. Membantu anak dalam bersosialisasi
4. Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
5. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
6. Menerima keterbatasan anak
7. Membangkitkan rasa percaya diri anak
8. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
9. Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orangktua sebelumnya.
Gangguan siswa hiperaktif
Zaviera (2007: 13) menyebutkan kondisi yang menyertai ADHD (hiperaktifitas) adalah : Gangguan tingkah laku, gangguan sikap menentang, depresi, gangguan cemas, kesulitan belajar, gangguan pemusatan perhatian, gangguan pengendalian motorik, gangguan persepsi dan autisme.
Zaviera (2007:12) menyebutkan gangguan lain yang muncul dan menyertai hiperaktifitas adalah : a. kemampuan akademik tidak optimal, b. kecerobohan dalam hubungan sosial, c. ceroboh, d. sikap melanggar tata tertib secara impulsif.
Pembahasan :
a. Kemampuan akademik tidak optimal
Siswa ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) seringkali menyebabkan siswa kurang memiliki motivasi sehingga kurang perhatian, konsentrasi dan usaha belajar yang menyebabkan prestasi dan kemampuan akademik yang diperoleh tidak optimal.
b. Kecerobohan dalam hubungan sosial
Siswa ADHD sering kali berbuat semaunya sendiri. Dalam berteman pun terkadang sering semaunya sendiri.
c. Ceroboh
Siswa ADHD seringkali ceroboh dalam melakukan sesuatu. Sering tidak menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
d. Sikap melanggar tata tertib secara impulsif
Siswa ADHD sering melakukan sesuatu yang dianggapnya menarik dan menantang bag dirinya yang pada akhirnya menyebabkan siswa sering terlihat melanggar peraturan.
Cara Menangani Siswa Hiperaktif
Menurut Sugiarmin dalam (Baihaqi, 2008 : 68) dalam menerapkan teknik/cara untuk menangani siswa hiperaktif adalah pilihlah yang paling tepat lalu latihlah secara berulang-ulang. Jika teknik tertentu tidak memberikan hasil, ganti atau tambahlah dengan teknik yang lain.
Sugiarmin dalam Baihaqi (2008 : 68-71) juga menyebutkan teknik yang digunakan yaitu : a. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki dan b. Mengembangkan tingkah laku yang dikehandaki.
Pembahasan :
a. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki
Pertama carilah alasan mengapa siswa melakukan hal-hal tersebut, setelah itu tingkah laku yang tidak dikehendaki tadi diubah ke hal-hal yang lebih positif.
b. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki.
Mengambangkan tingkah laku yang dikehendaki dilakukan dengan cara memberikan ulangan penguatan (reinforcement).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa ADHD secara umum memiliki hambatan belajar yang sama. Mereka sulit untuk fokus terhadap suatu pelajaran atau pekerjaan juga memiliki motivasi yang tidak stabil untuk belajar. Keadaan tersebut mengakibatkan munculnya gangguan tingkah laku belajar. Teknik/cara yang bisa dilakukan untuk menanganinya adalah dengan membantu mengurangi atau menghilangkan tingkah laku yang tidak dikehendaki dan mengambangkan tingkah laku yang diharapkan.
Tujuan Penanganan Siswa hiperaktif
Utami dalam (www.yulirizkiutami.blogspot.com: 2010)menyebutkan tujuan utama penanganan terhadap siswa hiperaktif adalah membantu mereka untuk mengontrol sikap hiperaktif pada diri siswa.
Menurut Baihaqi (2008 : 68) penanganan terhadap siswa hiperaktif bergantung pada jenis masalah yang dihadapi, misalnya : penanganan terhadap gangguan kepribadian, penanganan terhadap gangguan emosi dan pertahanan diri, serta penanganan terhadap kesulitan belajar.
Baihaqi (2008:68) menyebutkan tujuan umum penanganan siswa hiperaktif adalah mengeliminasi atau mengurangi kesulitan belajar dengan mempedulikan faktor-faktor yang mengakibatkan kesulitan belajar siswa ADHD.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa hiperaktif bukan karena kesengajaan, melainkan karena ketidakmampuan fisik diri. Siswa hiperaktif jika dibiarkan dalam jangka panjang dan tanpa penanganan khusus, maka gangguan tersebut dapat menjadi faktor penghambat bagi terbentuknya kepribadian yang matang pada usia dewasa. Selain itu juga dapat mengalami kesulitan untuk melakukan proses belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena siswa cenderung bersikap tidak sewajarnya dan semaunya sendiri sehingga tidak ada motivasi untuk belajar dan akan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi belajarnya. Akhirnya, prestasi belajar siswa pun dapat menjadi sangat rendah.
DAFTAR REFERENSI
Baihaqi, MIF. 2008. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika Aditama.
Depdikbud. 1994. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Buku III. Jakarta: Balai Pustaka.
Davidson, Gerald. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Grafindo Persada
Erford, T. 2004. Professional School Counseling : a Handbook of Theories, Programs & Pracices. Texas : CAPS Press
Ideguru.blogspot.com. 2010. Faktor Penyebab Anak Hiperaktif. Diunduh pada : tanggal 10 februari 2010.
Semiloka. 1998. Mengenal dan Membimbing Anak Hiperaktif. Unika Press.
Surya, Mohammad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
T. Sciarra Daniel. 2004. School Counseling.Canada: Thomson
W. Santrock John. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Yuliarizkiutami.blogspot.com. 2010. Tujuan Penanganan Anak Hiperaktif. Diunduh pada : tanggal 10 februari 2010.
Zaviera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Media Group.
Oleh: AKHMAD RIFA’I; INDAH LESTARi; dan SIGIT WAHYONO. PROGRAM PASCASARJANA PRODI BIMBINGAN DAN KONSELIN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. 2010.
Sumber: http://himcyoo.wordpress.com/
Komentar